- Banyak penulis Indonesia masih ragu—untuk menyebut tidak memiliki keberanian—untuk memulai menerbitkan sendiri dalam format digital atau ebook. Otomatis, jumlah ebook pun otomatis masih dibawah standar. Apalagi, jangan berharap ada penulis professional yang menerbitkan self publishing. Apalagi penulis buku yang sudah menyandang predikat bestseller.
- Porsi penerbitan sendiri (self publishing) di Indonesia masih belum memadai bisa menggairahkan dunia ebook. Selama ini, ebook hanya beredar masih sebatas tutorial yang diberikan secara gratis oleh pemilik blog atau bonus-bonus gratis bagi pengunjung web atau blog.
- Platform buku digital Indonesia sendiri selama ini masih belum menunjukan eksistensi dengan maksimal. Sebut saja Qbaca yang hanya bisa diakses oleh pengguna Android dan iPhone, Gramediana platform penerbitan digital berbasis browser, juga masih tergolong baru. Itupun buku-buku yang ada sudah ngetop sebelumnya dalam versi cetak.
- Pemahaman dan perspektif mengenai ebook di Indonesia masih sangat rendah. Begitupun dengan berbagai asumsi salah tentang self publishing, yang hanya sebagai pelampiasan bagi penulis yang tidak bisa menembus industri penerbitan cetak. Padahal, Steven Lewis, Kenny Sudero, Darcie Chan, Amanda Hocking, dan Ben Galley, adalah jajaran penulis self publishing dunia yang sukses dan berani menembus mitos-mitos menerbitkan sendiri.
Monday, June 10, 2013
4 Penyebab Indonesia Sulit Tembus Pasar Ebook Dunia
Berikut ini 4 Penyebab Indonesia Sulit Tembus Pasar Ebook Dunia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment