Tidak ada gagal bagi orang yang ingin berprestasi. Sebagai muslim pantang untuk berputus asa. Salah-satu karunia terbesar dalam hidup kita adalah membangun sikap optimis. Bukankah Rasul Saw. mengatakan, bahwa amal (kreativitas) yang baik adalah yang dilakukan secara istiqamah, walaupun amal itu sedikit.
Ibarat menaiki tangga, sudah pasti kita tidak langsung sampai ke puncak. Tidak ada kehebatan apa pun kecuali menjaga kebiasaan baik dan mengembangkannya. Yakinlah kita sedang merangkak tangga demi tangga. “Man jadda Wa jadda – siapa-siapa yang sungguh-sungguh ia akan mendapatkan”, begitu sebuah keterangan dalam kitab Ta’lumul Muta’allim.
Gunawan Muhammad, Mahbub Djunaidi (Alm) adalah sosok penulis populer di negeri ini. Selidiki dan pelajarilah kepedihan mereka sehingga menjadi penulis handal. Bambang Trim Dirut Pusat Kajian Informasi Buku (Pikbuk), Bandung mengaku, selama tiga tahun kuliah di Editing Universitas Padjajaran tak satu pun tulisannya dimuat. Tentu saja sekarang penulis “Menggagas Buku” itu tulisannya tersebar di banyak media. Hernowo, General Manager Editorial Penerbit Mizan jujur mengatakan, sejudul penulisannya baru dimuat sebuah harian bergengsi setelah ratusan naskahnya ditolak. Roesli Lahani Yunus memperkirakan untuk penulis pemula rata-rata di atas 40 kali mengirim naskah baru diharapkan bisa dimuat.
Di posisi ini kita harus menyimak uraian Wilsaon Nadeak. Penulis kawakan pengasuh rubrik “Karang mengarang” HU Pikiran Rakyat. Alex Haley naskahnya ditolak sampai 200 kali belum juga dimuat. Di Francisco seorang penulis menerima 600 surat penolakkan. John Creasy pengarang Inggris menyimpan 774 naskah yang ditolak. (Pikiran Rakyat, 27 Juli 2002). Artinya, kegigihan sangat kita perlukan.
By Abu Al-Ghifari
(bukuinstan.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment