Bila anda kebetulan naik mobil ke karawang dan melewati jalan jendral Ahmad Yani dari arah lapangan terbuka Karang Pawitan maka setelah anda berada di posisi tepat di depan komplek kantor pemda Karawang, maka cobalah mulai memperhatikan bangunan di sebelah kiri anda. Sambil melaju perlahan, sebelum jalan menikung anda akan melihat Stadion Singaperbangsa yang sekarang konon dijadikan stadion PERSIKA.
Dari situ, berikutnya ada bangunan sekolah bertingkat yang berdampingan dengan Stadion. Pagar stadion dan pagar sekolah hanya dipisahkan oleh jalan. Lewat sedikit dan masih di sebelah kiri jalan, coba mobil anda usahakan melaju pelan. Di situ anda akan melihat plang terpampang bertuliskan SMA Negeri 5 Karawang. Disitulah Budiyanto sekolah. Sekolah tersebut,waktu itu, diakui merupakan sekolah peringkat 3 terbaik sekabupaten Karawang.
Tiba-tiba terdengar bel nyaring berbunyi cukup lama, tanda jam pelajaran selesai. Seluruh siswa terlihat berhamburan keluar dari kelas tanda gembira. Seperti burung-burung yang dilepas dari kandang. Sebagian mereka terlihat sangat lega dan gembira seperti habis lepas dari sebuah situasi penuh tekanan.
Saya berjalan menuju gerbang dan langsung menyebrang ke tempat dimana kami biasa menunggu mobil bis. tak lama kemudian Budiyanto pun nyusul menyebrang. Setelah bis tiba, kami pun bergegas naik. Inilah yang hampir selalu kami lakukan sepulang sekolah.
Sebuah warung Diperbatasan
Ada sebuah warung tempat kami beristirahat sepulang sekolah. Warung tersebut masih masuk ke wilayah kabupaten Karawang, tepatnya di kampung Kobak Biru. Boleh dibilang terletak didekat wilayah perbatasan antara kawarang Bekasi.
Kami sekolah di SMA 5 Karawang, di jalan Jendral Ahmad Yani. Biasanya kami bubar dari sekolah jam sekitar jam 12-an. Perjalanan dengan mobil sekitar 1 jam, dari sejak menunggu hingga sampai ke warung itu. Kadang hampir 2 jam lamanya, relatif memang.
Untuk menempuh warung itu kami perlu naik mobil 2 kali. Pertama naik bis kota, bis Warga Baru, kami menyebutnya warbek. Sesampainya di jembatan pintu tol karawang Barat, ada kampung yang namanya Badami. Kami turun di sana.
Dari Jembatan Badami kami menunggu mobil elf atau angkot untuk sampai ke warung tersebut. Sampai diwarung tersebut memang benar, bisanya sekitar pukul 1 atau 2 siang.
Jarak dari warung ini ke rumah kami sekitar 7 kilo meter. Saat itu jalan ke kampung kami sangat jelek, jalan tanah, dimana musim hujan kami merasa repotnya minta ampun karena jalan itu berubah menjadi lumpur yang sulit dilalui kendaraan kecuali jalan kaki. Maka tak heran bila kami biasa berjalan dari warung tersebut ke rumah atau sebaliknya
Kaligrafi dan Lagu Sendu
Alhamdulillah, kelas tiga, saya dibelikan motor, katanya hasil orang tua ngutang sana-sini. Suatu hari sepulang sekolah saya menuju tempat penyimpanan motor. Disana menunggu beberapa menit hingga datang Budiyanto untuk bersama-sama pulang.
Setelah Budiyanto tiba, kami langsung tancap gas. Sepeti biasa kami singgah dulu di warung tempat kami dan teman-teman lainnya dari sekolah lain istirahat sebelum melanjutkan pulang kerumah masing-masing.
Sering kali saya langsung menuju ke rumah Budiyanto ketika pulang sekolah, bareng bersamanya. Saat itu rumahnya persis di pinggir jalan kalimalang di kampung Paparean desa Pasirtanjung Kecamatan Cikarang Pusat. Sayangnya sekarang rumah itu sudah tidak ada karena adanya pembongkarang oleh pemerintah.
Sebagaimana biasanya anak muda, Budiyanto pun punya kisah yang penuh romantika. Punya seseorang yang pernah ia sukai. Berarti normal nih. Namun kisah ini tidak akan saya ceritakan disini, disensor yaaaa.
Kita lanjutkan kisah lainnya. Kami istirahat disana di ruangan Budiyanto. Setelah makan dengan goreng telor dadar hangat dan goreng jengkol, sambil mendengarkan musik, kami berbaring disana sambil menunggu kantuk tiba.
Coba tebak, lagu apa yang disukai Budyanto?
Mungkin anda tidak pernah menyangka kalau Budiyanto saat SMA menyukai lagu-lagu slow rock. Di antara beberapa lagu dibawakan oleh grup musik Wings, Slam, UKS,Iklim, stings ,dll. Untuk penyanyi diantaranya, Amy Search (isabella), Inka Kristy, Nike Ardila, dll. Sayangnya saya hanya beberapa lagu saja yang masih hafal hingga kini, meskipun judulnya tidak ingat.
Anda mungkin tidak menyangka juga bila ada sisi lain yang dimiliki Budiyanto yakni kemampuannya menulis seni kaligrafi. Kemampuan ini dapat anda lihat sejak ia duduk di bangku SMP. Bila Anda bertemu, Anda boleh mencobanya untuk dibuatkan seni kaligrafi tersebut..........tapi bayar yaaaa.
Sepasang Sepatu Bola di Terik Matahari
Ada kebiasaan lain baru-baru ini yang dilakukan Budiyanto. Ia sengaja tidak naik motor. Justru yang ia lakukan adalah membuka tas kecil dan mengeluarkan semua isinya. Terlihat ada kaos kaki panjang, sepatu bola, dan alat pelindung tulang kaki, deker.
Ia pun langsung mengenakan semua peralatan itu. Tak lama setelah melakukan sedikit peregangan kemudian ia langsung keluar warung dan berlari.
Matahari siang bolong cukup panas, maklum sekitar jam satu atau jam dua masih terik-teriknya menyinari bumi. Suasana seperti ini tidak menyurutkan langkah Budiyanto untuk berlari. Ia lari dari warung hingga sampai kerumahnya. Ini dilakukan hampir tiap hari.
Kegiatan yang Budiyanto lakukan ini, memang menurut saya terkait hobinya karena ia memang sangat hobi sepak bola. Bahkan ia salah satu pelatih, pengurus sekaligus pendiri untuk tim sepak bola di kampungnya, bernama 'RACING Junior 97'. Namun kegiatan yang rutin tadi, lari dari warung ke rumah dalam suasana sorot matahari yang terik menjadi pertanyaan buat saya, saya jadi merasa penasaran.
Kemudian setelah waktu agak lama saya baru mengetahui bahwa ternyata Budiyanto ikut sekolah sepak bola CITRA di Bekasi.
Inilah mungkin yang membuat dunia per-sepak bola-an tidak pernah lepas dari perhatian Budiyanto.
Kompetisi Sepak Bola antar Fakultas Tingkat IPB, Pekan Olah Raga Tingkat Persiapan Bersama IPB. Ia meraih kategori pemain terbaik dan top scorer.
Selulus kuliah ia juga mendirikan sekolah sepakbola “SSB TOGA CIPUTRA”, di Cikarang Pusat. Dari tahun 2005 hingga sekarang ia menjabat sebagai ketua umum.
Pada moment-moment tertentu, ia beberapa kali menyelenggarakan lomba persahabatan futsal se-kecamatan Cikarang Pusat. Diantaranya saat itu ketika Camatnya masih Bapak Dodi Dan Sekcamnya pak Endin.
Di lain waktu ia juga memberikan bantuan puluhan pasang sepatu bola buat tim junior melalui pengurus SSB FC ARMADA, Bapak Eden Lesmana dan kawan-kawan.
Pada kesempatan lain pula pernah dilakukan pemberian hadian pada anak-anak yang serius berlatih sepak bola. Hadiah tersebut berupa sepasang sepatu sepak bola untuk beberapa anak dan diserahkan langsung kepada siswanya melalui pelatihnya, bapak Sadim.
Kata-kata Itu Masih Teringat
Menginjak tahun terakhir, diujung waktu menjelang masa-masa kelulusan, beberapa bulan lagi menghadapi ebtanas, saya mulai jarang ketemu Budiyanto. Yang saya tahu ia tidur di Karawang. Semula saya mengira Budiyanto tinggal sementara di saudaranya di Johar, di belakang pasar beras, karena ingin fokus persiapan menghadapi enbtanas. Namun perkiraan itu salah, karena ternyata Budiyanto tinggal di sekolah dan menjadi penghuni masjid sekolah.
Ia aktif disana dan jarang pulang. Untuk makan mungkin masak disana bersama teman-teman lainnya yang juga menjadi penghuni masjid. Saya kurang tahu persis kegiatannya karena memang saya tidak termasuk salah satu diantara yang tinggal disana.
Suatu hari Budiyanto pulang bersama naik motor dan besoknya minta dijemput kerumahnya. Singkat cerita besok tiba. Pagi-pagi saya bergegas langsung kerumahnya untuk berangkat sekolah bersama. Di tengah obrolan disepanjang perjalanan ada satu kalimat yang saat ini masih saya ingat keluar dari mulutnya,"Yo....emang masih belum mau insaf, kan sebentar lagi kita akan kelulusan". ucap Budiyanto.
Semoga ini bukan contoh yang baik. Terus terang saya memang salah seorang anak sekolah yang jarang tidur di rumah. Sesampainya di rumah, setelah ganti baju dan makan, saya langsung main, kadang juga kuli menaikan bata atau pasir, kadang juga ngojek.
Saya tidur diperempatan jalan di salah satu tempat di kampung saya. Motor kadang saya parkir didekat tempat saya tidur, kadang dititipkan di dalam warung. Namanya perempatan Cilampayan. Disitulah saya tidur bersama teman-teman yang lainnya. Kadang tidur dirumah teman, kadang tidur dibale-bale warung, dan tak jarang pula tidur di jembatan cilampayan dengan memakai bale-bale yang di gotong dari salah satu warung dengan atap langit yang cerah.
Disana pula saya mengenal minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang. Saya memang pernah mengkonsumi keduanya meskipun tidak pada tingkat candu. Hampir setiap malam minggu saya mengkonsumi minuman keras. Sering pula saya mentraktir teman-teman, meskipun hanya sekedar untuk gaya-gayaan. Untuk sekedar kepala dan badan hangat.
Sekitar jam empat pagi baru saya pulang kerumah, untuk tidur lagi dan bangun setelah pagi tiba untuk persiapan sekolah. Ini hampir tiap hari saya lakukan. Makanya tak heran orang-orang menyebut golongan seperti kami dengan istilah 'Kambing Cilampayan".
Orang tua sudah tidak mempan lagi memarahi saya supaya saya berubah kebiasaan. Namun satu hal yang saya patut bersyukur yakni dalam keadaan apapun saya tak pernah tertiggal untuk melakukan sholat, meskipun bolong-bolong. Dan sangat jarang minta ongkos buat berangkat sekolah.
Ini sepintas cerita kelam saya. Apa yang dikatakan Budiyanto kepada saya, langsung mengingatkan saya kepada semua kelakuan saya selama ini. Kata-kata itu dalam beberapa hari terus menggelayut dalam pemikiran saya. Suatu saat saya mengambil keputusan, inilah saatnya saya harus berubah.
Telur Entok Peliharaan Guru
Sekitar sebulan lagi akan dilaksanakan ebtanas, saat itu hati saya merasa galau dan khawatir jangan-jangan saya tidak lulus. Kemudian saya memutuskan diri untuk menginap di sekolah. Kami akhirnya bareng bersama Budiyanto menjadi penghuni masjid. Tidur kadang di pelataran masjid, kadang pula diruang sebelah masjid. Namun cukup nyaman karena sudah ditembok sekelilingnya.
Untuk makan, kami masak bersama. Berasnya tak jarang minta dari guru kami yang tinggal dirumah dinasnya, yang tak jauh dari masjid tempat kami tinggal. Pernah di suatu malam, secara diam-diam kami mengambil telur entog peliharaan guru kami, untuk digoreng, lumayan buat teman nasi. Paginya baru memberi tahu kepada guru bersangkutan bahwa telur entognya sudah raib.
Kegiatan yang kami lakukan disana diantarannya : Sholat berjamaah, tadarus. Selepas isa hingga larut malam berlatih soal-soal ebtanas dan soal-soal UMPTN. Siang hari sepulang sekolah, istirahat di masjid. Sorenya sekitar jam 4.00, kami di gojlog matematika oleh Pak Rasdi, di ruang kelas yang kebetulan sudah kosong tak ada kegiatan belajar mengajar.
Latihan matematika saat itu mengerjakan soal-soal ebtanas tahun lalu dengan cara cepat. Jujur saya termasuk yang lelet, pusing tujuh keliling tapi rasanya seru. Lain halnya dengan Budiyanto yang langsung paham cara pengerjaannya.
Saya memang mengakui dan menyaksikan langsung dengan mata kepala saya sendiri bahwa Budiyanto memang cerdas. Penguasaan matematika memang patut diacungi jempol. Tidak heran bila Budiyanto menjadi orang kesayangannya pak Rasdi.
Hari-demi hari pun terus berlalu, detik-detik ujian makin dekat. Kebiasaan-kebiasaan melakukan latihan mengisi soal ebtanas dan soal UMPTN yang ada dalam bundel, membuat saya menjadi lebih percaya diri. Alhamdulillah nem saya lumayan untuk ukuran saya.
Anda akan melihat, Budiyanto menjadi salah satu lulusan terbaik, dengan NEM tertinggi ke-4 se SMA 5 Karawang.
Detik-Detik Perpisahan
Bersama teman-teman penghuni masjid, kami membicarakan menganai rencana setelah kelulusan, mau melanjutkan kemana. Ini yang dalam beberapa kesempatan menjadi bahan diskusi kami.
Saya sendiri memilih IKIP Bandung jurusan matematika dan jurusan teknik bangunan. Budiyanto dan beberapa teman lainnya memilih IPB.
Pengumuman kelulusan pun tiba. Rasa haru dan gembira bercampur ditengah-tengah perayaan perpisahaan kami. Inilah detik-detik dimana kami akan berpisah.
Semenjak perpisahan itulah kami mulai jarang berkomunikasi. Saya sibuk dengan persiapan UMPTN, mungkin juga temen-temen lainnya tidak berbeda kondisinya. Alhamdulillah hasil pengumuman menyatakan bahwa saya lulus UMPTN diterima di IKIP Bandung jurusan teknik bangunan.
Saya dapat kabar dari saudaranya Budiyanto bahwa ia diterima di IPB, bogor. Alhamdulillah. Namun mMulai saat itulah, untuk waktu yang cukup lama kami tidak saling kontak.
Prestasi Budiyanto di Bangku SMA
Berikut ini prestasi dan kegiatan-kegiatan Budiyanto selama di SMA.
- Pengurus Kelompok Ilmiah Remaja “Matematika” SMUN 5 Karawang. 1996-1997. Wakil Ketua.
- Juara Umum Semester I, Se SMUN 5 Karawang, Karawang. 1995. Juara Umum.
- Juara Kelas Rangking I, Semester I – IX, SMUN 5 Karawang. 1995-1997. Juara Kelas
- Juara Lomba Adzan Tingkat SMUN 5 Karwang, Karawang. 1996. Juara 2
- Juara Lomba MTQ Tingkat SMUN 5 Karawang, Karawang.1994. Juara 3
- Juara Lomba MTQ Tingkat SMUN 5 Karawang, Karawang. 1995. Juara 2
- Juara Lomba Pidato Bahasa Sunda Tingkat SMUN 5 Karawang. 1994. Juara 1
- Juara Tahfidz Al-Qur’an Tingkat SMUN 5 Karawang “Tilawah”. 1997. Juara 1
- Peserta Cerdas Cermat Matematika Tingkat SMU Se Jawa Barat dan DKI, mewakili SMUN 5 Karawang, IKIP Bandung, Juru Bicara.1997. Finalis
- Peserta Lomba Nalar Matematika dan Statistika, Mewakili SMUN 5Karawang, UNISBA Bandung, Juru Bicara.1997. Finalis
- Finalis Cerdas Cemat Agama Islam Tingkat Kabupaten Karawang,Mewakili SMUN 5 Karawang, Departemen Agama Kabupaten Karawang.1997. Finalis
- Lulusan Terbaik ke-IV Peringkat NEM Tertinggi Tingkat SMUN 5Karawang.1997. Lulusan Terbaik
No comments:
Post a Comment