Monday, May 6, 2013

Menjadi Hamba Uang

Manusia yang hidup pada zaman sekarang perlu uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Pada zaman dahulu saat budaya manusia masih primitif, uang tidak dikenal, karena cara pemenuhan kebutuhannya masih menggunakan sistem barter. Tetapi peradaban manusia terus berkembang, kebutuhan manusia semakin banyak dan beraneka ragam.
Pada perkembangan zaman selanjutnya, sistem barter semakin ditinggalkana karena ditemukan cara lain dalam transaksi ekonomi, yaitu menggunakan uang. Penggunaan uang untuk kegiatan ekonomi cepat populer karena uang praktis, mudah dibawa ke manapun. Pada mulanya uang berbentuk logam, selanjutnya agar lebih praktis, uang dicetak dalam lembaran kertas. Pada zaman sekarang bentuk uang tidak terbatas pada bentuk logam atau kertas saja, tetapi muncul dalam bentuk lain, misalnya cek dan ATM (anjungan tunai mandiri). Peredaran uang juga tidak harus secara fisik, tetapi bisa juga secara non fisik, misalnya ketika transfer uang antar bank, maka yang ditrnasfer bukan bentuk uang secara fisik, tetapi hanya nilai nominal uangnya yang ditransfer.

Hampir semua kebutuhan manusia perlu uang. Penulis Jepang Robert T. Kyosaki dalam bukunya yang terkenal berjudul Rich Dad Poor Dad, mengatakan bahwa uang bukan segalanya, tetapi segalanya perlu uang. Pemikiran Robert T. Kyosaki banyak dianut oleh masyarakat dunia, sehingga semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Banyak cara untuk mendapatkan uang, mulai dari cara halal hingga yang haram. Uang dianggap sebagai penentu kebahagiaan hidup, semakin banyak uang maka hidup akan semakin bahagia.

Padahal jika mempunyai banyak uang belum tentu menjamin bahwa hidup seseorang pasti akan selalu bahagia. Bisa saja, ketika mempunyai banyak uang, justru hidupnya hanya dipenuhi ketakutan dan kegelisahan barang kali uangnya hilang diambil pencuri. Orang yang mempunyai sedikit uang juga belum tentu hidupnya akan susah. Jika bisa mensyukuri berapapun rejeki yang diberikan oleh Tuhan, maka walupun jumlahnya sedikit, rasanya tetap menyenangkan.

Banyak orang yang mempunyai slogan waktu adalah uang, sehingga waktu yang ada setiap hari hanya digunakan untuk mencari uang terus, sampai-sampai melupakan Tuhan. Waktu dalam sehari digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas, sehingga kita harus pintar membagi waktu dengan proporsi yang pas, termasuk juga harus mengalokasikan waktu untuk beribadah. jangan sampai karena terlalu sibuk bekerja mencari uang, urusan ibadah kepada Tuhan menjadi ditinggalkan, seakan-akan uang lebih penting dari Tuhan.

Tuhan adalah pemberi rezeki, maka ibadah kepada Tuhan harus lebih diutamakan, agar mendapat ridho dari Tuhan. Percuma jika punya banyak uang tetapi tidak diridhoi Tuhan, maka uang tersebut tidak berkah.(suaramerdeka.com)

No comments:

Post a Comment