Semua
orang pasti bercita-cita agar menjadi orang kaya. Begitu enaknya
menjadi orang kaya. Seakan semua dapat dimiliki tanpa bersusah payah.
Oleh karena itu, banyak orang berusaha menjadi orang kaya. Bahkan, tak
segan pula orang-orang menggunakan cara-cara yang tidak lazim, semisal
pergi ke dukun dengan imbalan membayar pula. Ada pula orang menempuh
cara ekstrem: bertapa atau pergi ke kuburan nenek moyang yang
dikeramatkan. Terkesan lucu dan juga mengada-ada. Ingin kaya tetapi
caranya sulit diterima.
Berkenaan
dengan itu, saya akan berbagi tips menjadi kaya. Jujur saja, tidaklah
sulit menjadi orang kaya. Saya sudah membuktikan semua isi tips ini. Alhamdulillah,
Allah menganugerahkan kekayaan yang luar biasa kepada kami. Atas dasar
itu, tak henti-hentinya saya bersyukur kepada Allah Tuhan Yang Maha
Pemurah dan Pemberi Rezeki. Apa saja sih resep menjadi kaya? Berikut kupasannya.
Hidup Jujur
Saya
memiliki banyak kesempatan untuk melakukan tindakan tak terpuji. Saya
sering mendapatkan peluang untuk melakukan korupsi. Sangat teramat
sering kesempatan itu datang dan menghampiriku setiap saat. Namun, saya
selalu terngiang nasihat orang tuaku, khususnya ibu, agar saya
berperilaku jujur. “Jangan pernah kamu pulang membawa rezeki
haram. Jangan pernah kamu memberi nafkah kepada keluargamu dengan barang
haram” tutur orang tuaku dahulu. Atas dasar kekuatan menahan
godaan itu, seakan rezeki itu dating silih berganti dan tiada
habis-habisnya. Hidup jujur ternyata sungguh mengubah hidup menjadi
lebih makmur.
Membahagiakan Orang Tua
Ketika
ayahandaku masih hidup, beliau sering memintaku untuk membelikan ini
dan itu. Bahkan, beliau selalu memintaku agar mengantarkannya ke dokter
ketika mesti mengontrolkan penyakitnya. Tak heran saya sering meminta
izin kepada atasan waktu itu karena saya harus berbakti kepadanya. Kini,
ayahanda sudah menghadap-Nya dengan keadaan yang teramat berbahagia.
Saat
ini, ibu masih hidup. Tadi pagi, ibuku mengunjungiku sambil
berjalan-jalan usai mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu. Saya
sempat kaget karena ibu begitu berhasrat mengunjungiku meskipun sambil
berjalan kaki. Kami pun terlibat asyik ngobrol sambil menyantap makanan
ringan dan minum teh manis. Ketika ibu berkehendak pulang, saya pun
mengantarkannya. Begitu tiba di rumahnya, tak lupa saya menyelipkan
sekadar uang untuk mengisi dompetnya. Dari mulut beliau terucap, “Gusti Allah sing mbales.” (Allah yang membalas). Saya pun berucap, “Amin.” Sungguh Allah membalas kebaikan itu secara berlipat-lipat.
Gemar Bersedekah
Ibarat
orang memancing ikan, tentu ia akan kehilangan umpan. Jadi, kita harus
mengikhlaskan sedikit umpan untuk mendapatkan ikan yang besar. Jika malas mengeluarkan umpan, jangan harap kita mendapatkan ikan.
Nasihat itu teramat cocok untuk diterapkan jika kita ingin menjadi
kaya. Gemarlah bersedekah karena sedekah adalah umpan untuk mendapatkan
rezeki secara berlimpah. Belum pernah terdengar kasus yang memberitakan
bahwa orang miskin karena rajin bersedekah. Semakin banyak rezeki
diberikan, semakin banyak pula rezeki datang. Tinggal kekuatan keyakinan
itu pada diri kita!
Naik Haji
Maaf,
saya belum membuktikan kekayaan setelah menunaikan ibadah haji. Saya
hanya berkisah ulang tentang beberapa cerita dari teman yang pernah
berhaji. Ternyata, kekayaannya semakin berlimpah usai berhaji. Biaya
yang dikeluarkan untuk ibadah haji itu benar-benar telah diganti Allah
secara berlipat-lipat. Jarang dan teramat jarang ada orang jatuh miskin
usai berhaji. Atas dasar kisah itu pula, saya sudah berniat lurus untuk
beribadah haji. Kami (saya dan istri) sudah bertekad bulat untuk
beribadah haji pada 2019. Alhamdulillah, royalti buku tahun ini
dapat digunakan untuk melunasi ONH-ku. Saya teramat penasaran dengan
janji Allah karena saya meyakini bahwa Allah takkan pernah ingkar janji.
Pasrah Setelah Usaha
Mungkin kita pernah mendengar kata qona’ah.
Kata itu bermakna pasrah atau menyerahkan diri kepada Allah semata. Itu
berarti bahwa kita harus berusaha sekuat tenaga sebelum memasrahkan
diri kepada Allah. Kadang kita baru berusaha setengah hati dan begitu
mudah kita berkata, “Pasrahkan saja kepada Tuhan.” Wah, jelas itu
menandakan bahwa kita belum bersungguh-sungguh berusaha untuk menggapai
keinginan. Kita masih setengah hati berusaha karena kita masih memiliki
keragu-raguan. Jika memang sudah berkeyakinan berhasil, tentunya
kita tidak perlu berhenti berusaha meskipun seakan keberhasilan itu
sudah tiba di depan mata.(kompasiana.com)
No comments:
Post a Comment