Sunday, April 28, 2013

Mesin Waktu

Mesin Waktu


Masuklah bersama saya untuk menuju mesin waktu. Marilah bersiap-siap, saya ingin mengajak anda meneropong kebelakang sekitar 23 tahun dari sekarang, tepatnya sekitar tahun 1990. Sekitar jam sembilan pagi saya bergegas menuju dapur. Terlihat anak kambing sedang menyusui induknya sementara yang lainnya berteriak-teriak nyaring, seperti sudah tidak tahan untuk melihat terangnya cahaya pagi dan menyantap rumput hijau diluar sana.
Ibu saya tidak membuat tempat khusus untuk kambing, dan kebetulan karena dapur juga berukuran luas maka sebagiannya dijadikan tempat kambing. Bau memang, tapi apa boleh buat, daripada kambing itu raib di santroni maling.

Saya tinggal di suatu kampung tak jauh dari tanggul kalimalang. Tepatnya di desa Pasirtanjung, Kecamatan Cikarang Pusat, Nama kecamatannya Lemah Abang (2013 anda mengenalnya dengan nama Cikarang Pusat). Kecamatan ini merupakan bagian dari wilayah kabupaten Bekasi.

Sang Penggembala Kambing
Seperti biasanya, di hari minggu dan libur, kambing sudah saya keluarkan dari kandangnya pagi-pagi, sekitar jam sembilan. Kecuali hari sekolah, kambing digembala sepulang sekolah.

Di belakang rumah saya,  tak jauh dari itu terdapat ladang singkong yang sudah di panen, rumput-rumu hijau disana menjadi tempat saya menggembala kambing. Disekitar tempat itu memang terdapat kebun bambu, kebun jambu biji dan kebun lainnya yang ditaman oleh para pemiliknya. sebagian tidak terawat sehingga banyak tumbuh subur tanaman liar, seperti tanah tak bertuan.

Ketika anda menuju tempat itu dari rumah saya, maka jalannya licin dan sedikit menanjak karena memang kontur tanahnya miring, seperti sebuah lereng bukit saja. Saat itulah kami bertemu disana, antar sesama penggembala kambing. Tempat itu menjadi tempat berkumpul dan bermainnya para pemimpin kambing. heee.

Terlihat dari jauh sosok berbadan kurus tinggi, berkulit putih, mengenakan rompi warna biru sambil menggiring beberapa ekor kambing. Rompi tersebut, bila anda ingin melihat, seperti rompi yang biasa dipakai oleh prajurit di film-film kerajaan. Seperti film Saur Sepuh, Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa dan film-film kerajaan lainnya.

Rompi tersebut sederhana, polos tanpa ada ornamen apapun yang dibuatkan oleh ibunya yang saat itu seorang penjahit.

Rumahnya tak jauh dari rumah saya, hanya terhalang beberapa rumah. Di rumah itu, sambil terima jahitan, ibunya buka warung. Saya termasuk salah satu yang sering beli. Di belakang rumahnya terdapat empang bekas galian pabrik bata. Orang-orang menyebutnya lio. Anda tidak akan menyangka, ia adalah Budiyanto.


Tahun 2013 ini anda tidak akan menemukan suasana asri seperti yang tadi anda simak di atas, yang akan anda temukan adalah area datar dengan jalan beton yang memisahkan lahan tersebut menjadi beberapa kavling.

Area ini digusur dan diratakan untuk disulap oleh pemerintah daerah menjadi komplek pemakaman. Jadi yang anda lihat bukan lagi rimbunnya pepohon dan tiupan angin sejuk melainkan berjajarnya kuburan.


Membuka Lembar Sejarah 1400 Tahun Silam

Mari kita tengok lembar sejarah 1400 tahun silam, arahkan pandangan kita kepada manusia panutan seluruh umat, sang teladan yang menjadi rahmat untuk seluruh alam, Rasulullah SAW.

Saya ingin sedikit menyelipkan sebuah kisah duni per-kambing-an. Ternyata Rasulullah SAW ketika masih muda pernah menjadi seorang penggembala kambing. Beliau menggembalakan kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekkah.

Dari lembar-lembar sejarah memang anda akan menemukan bahwa pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rasul, seperti Musa, Daud, dan Isa alaihimussalam.


Beliau berkata, “Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing.” Dan katanya lagi, “Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.”

Beliau mengatakan, “semua nabi pernah menggembala ternak.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana dengan Anda ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan dia itu pernah menggembala ternak. “Sahabat kemudian bertanya lagi, “Anda sendiri bagaimana Rasulullah?” beliau menjawab, “Aku dulu menggembala kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.”


Sebuah pandangan yang dinukil dari facebook.com/mawaddimagazine, memaparkan bahwa pekerjaan mengembala ternak merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian leadership dan manajemen yang baik.

Lebih lanjut dikatakan, para penggembala harus mampu mengarahkan ternaknya ke padang gembalaan yang subur dengan rumput menghijau.

Disamping itu, mereka juga harus dapat mengendalikan hewan ternaknya agar tidak tersesat. Mereka juga harus melindungi ternaknya dari gangguan seperti dari hewan pemangsa dan para pencuri. Ini semua bentuk fungsi kepemimpinan dan manajemen.

Mungkin latar belakang seperti ini memang digariskan Allah SWT kepada calon rasul yang akan mengemban risalah kenabian dan memimpin umat.

Dalam proses penggembalaan ternak ini, mereka mempunyai banyak waktu untuk melakukan perenungan tentang berbagai hal.

Misalnya tentang masyarakat di sekitarnya, tentang alam, tentang Tuhan. Mungkin bukan suatu kebetulan pula kitab-kitab suci diturunkan Allah SWT kepada para rasul dengan latar belakang penggembala seperti ini.

Dari penjelasan ini saya mendapat pelajaran berharga mengenai makna dari "menggembala kambing", dan memang begitu adanya. Begitu anda pun teringat ketika masa-masa dimana anda pernah menggembala kambing, tentu Anda memahami maksudnya. Kadang anda perlu mengarahkan kemana kambing harus diarahan. Kadang kita mengawasinya supaya tidak diserang anjing, kadang kita perlu memandikannya supaya tidak terlalu bau dan bulunya tidak terlalu kotot, dsb.

Menceritakan kembali kehadapan Anda mengenai kisah tadi mengingatkan saya pada masa-masa dimana kami sedang menggembala kambing. Ternyata satu diantara kami, seiring perjalanan waktu, menjadi salah seorang yang dipilih oleh rakyat untuk mewakili masyarakat di kabupaten Bekasi. Budiyanto menjadi wakil rakyat (legislatif/DPRD) untuk periode 2009-2014.

Anda akan melihat sepanjang perjalannya, ia merupakan orang yang sangat aktif, melakukan langkah yang berani meskipun kadang resiko besar ada didepan mata. Anda akan menemukan bagian berikutnya buku ini, Budiyanto pernah diserang sekelompok orang dikediamannya.


Kepala Pening, Perut Mual Ingin Muntah
Pagi itu jadwal mata pelajaran olah raga. Guru berinisiatif untuk mengadakan olahraga bersama dengan sekolah lain. Disebuah lapangan yang cukup datar kami berkumpul, bertemu dengan sekolah tersebut. 

Saya sekolah di SD Negeri Karya Asih (Sekarang 2013 anda mengenalnya dengan nama SDN Pasir tanjung 03). Jarak antara sekolah dengan rumah saya sekitar 150 meter, jarak yang cukup dekat.

Rasanya olahraga sepak bola inilah yang menjadi kesenangan saya waktu itu. Bukan karena sepak bolanya tapi karena kami bisa bermain-main bebas diluar sana.

Sekolah lain yang saya maksud adalah masih satu desa, hanya saja beda kampung. Sekolah tersebut namanya SD Negeri Tunas Karya (Sekarang 2013 anda mengenalnya dengan nama SDN Pasir tanjung 02).

Mulailah guru mengatur siapa saja siswa laki-laki yang dipilih untuk ikut bermain. Semua berdiri menunggu arahan. Dan saya merupakan salah satunya yang terpilih.

Dihadapan kami juga sama, guru olah raga dari SD Negeri Tunas Karya sedang mengatur siswa untuk bertanding. Dari siswa laki-laki yang akan bermain, Budiyanto termasuk salah satu diantaranya.

Permainan pun dimulai. Pada suatu kesempatan Budiyanto menggiring bola dan saya coba menghadangnya, namun Budiyanto berhasil lolos. Budiyanto terus melesat kedepan melaju ke arah gawang. Saya pun lari sekuat tenaga untuk mengejar, setelah dekat saya coba untuk menghadang namun yang ada justru bukannya bisa merebut bola.

Saya terhuyung kemudian duduk lemas. Kepala pening tuju keliling, mata berkunang-kunang dan perut mual. Saat itu pun nasi uduk yang saya santap tadi pagi sebelum sekolah hampir keluar semua. Rupanya saya kedodoran tenaga. Lemesnya minta ampun. Ada untuk berlari tapi tidak ada untuk menendang bola. Pada pertandingan itu sekolah saya kalah oleh sekolah Budiyanto.

Saat itu memang yang paling menonjol dalam permainan itu dan paling kelihatan mengendalikan bola adalah Budiyanto. Saat itu pernah terbersit dipikiran 'kok kelihatannya mudah sekali mengendalikan bola, sementara saya merasa repotnya minta ampun'.

Keahliannya dalam bermain sepak bola ternyata terbawa hingga masa-masa berikutnya. Ia kemudian menjadi salah satu pemain yang tak pernah absen untuk menjadi bagian dari tim sepak bola di desa kami. Mendirikan Sekolah sepak bola, memberikan bantuan sepatu bola kepada puluhan anak-anak yang serius berlatih bola. Semua pernah dilakukannya. Bahkan pada saat kuliah ia pernah meraih posisi pemain terbaik dan top scorer di kampusnya.

Tradisi Jalan Kaki
Mari kita meneruskan untuk bersenang-senang menikmati lembaran berikutnya. Pada halaman ini lembar kehidupan Budiyanto menginjak sekolah SMP.

Bila anda berjalan-jalan ke lokasi pembangunan proyek stadion Sepak Bola Bertaraf internsional kabuaten Bekasi, yang saat ini sedang dikebut, jangan lupa untuk singgah ke sebuah sekolah mnengah pertama. Sekolah ini tak jauh dari lokasi Stadion, hanya dipisahkan oleh jalan. Sekarang, 2013, sekolah ini bernana SMPN 1 Cikarang Timur.  20 tahun yang lalu anda tidak akan menemukan nama sekolah ini karena sekolah terebut saat itu bernama SMP Negri 2 Lemah Abang. Disinilah Budiyanto mengeyam pendidikan.

Berangkat sekolah biasanya tidak memakai kendaraan, sepeti motor atau sepeda, melainkan berjalan kaki. Inilah yang biasa ditempuh Budiyanto menuju skeolah. Jalan kaki menjadi sebuah tradisi. Bisa sekolah saja rasanya sudah beruntung.

Saat itu terdapat beberapa yang memang menggunakan sepeda motor, namun kebanyanya dari siswa mengendarai sepeda. Mungkin hanya orang-orang yang orang tuanya berada saja yang saat itu berkendaraan.



Bukan hanya Nilai Raport
Para peserta lomba sudah dipanggil dari masing-masing kelas. Saya termasuk salah satu diantaranya. Beberapa kegiatan yang diperlombakan diantaranya lomba adzan.

Budiyanto termasuk juga salah satu peserta lomba. Dalam lomba Adzan kami beradu disana bersama teman-teman dari kelas lainnya. Dewan jurinya saat itu dari kalangan guru di sekolah kami. Setelah selesai lomba adzan disusul lomba tilawah.

Satu persatu dipanggil untuk menyelesaikan lomba. Suara adzan tentunya bisa langsung didengar ditempat. Siapa suaranya yang paling indah terdengar, mungkin bisa ditebak akan jadi pemenang.

Dari semua itu peserta yang saya dengar, saya menebak satu orang yang saya pikir pasti menang, Suara lantunan tilawah dan juga pembawaan irama pada saat adzan membuat saya merasa iri, koko bisa. Ini mungkin tebakan hati kecil saya saat itu. Sementara saya maju kepelombaan hanya untuk mengisi kekosongan jadi tidak ada gambaran untuk jadi juara. Ngaca diri.

Saya semangat mengikuti lomba karena merasa lebih senang mengikiti lomba dibanding belajar dikelas. Saat pengumuman berlangsung, ernyata tebakan saya benar, tepat. Budiyanto terpilih menjadi juara umum Lomba Adzan Tingkat SMPN 2 Lemahabang.

Budiyanto selalu masuk rangking, nilai raport yang tinggi menjadikan ia terpilih menjadi siswa yang mendapat juara umum disekolah. Juga yang tak kalah ketinggalan adalah kegiatan ekstrakurikuler pun beberapa ia ikuti. Diantaranya adalah terpilih menjadi pengurus OSIS dan pengurus pramuka. DI pengurusan osis ia terpilih menjadi Ketua Umum. Di Organisasi Pramuka belaiu menjadi pradana. Beliau memiliki prestasi bukan hanya pada nilai raport, tetapi juga mencakup kegiatan skstra kurikuler.

Muka Yang Memar
Semilir Angin pagi yang lembut terasa mengelus pipi saya, menemani sepanjang langkah saya menuju sekolah. Saat itu, malam harinya hujan turun deras, sehingga menjadikan jalan yang masih tanah itu lengket dan berlumpur. Makanya saya dan beberapa teman memilih untuk berjalan kaki.

Perjalanan dari rumah kesekolah menempuh jarak kira-kira 5 kilo meter. Ada satu yang rasanya kurang, saya tidak melihat Budiyanto di sekolah. Bahkan sejak tadi pagi pun tak terlihat. Seharusnya bila sehabis hujan, hampir semua teman-teman memilih untuk jalan kaki, saat itu tidak terlihat Budiyanto.

Saya sangat kaget ketika mendapati sebuah kabar bahwa Budiyanto pernah diserang oleh sekelompok Anak muda dari kampung sebelah. Serangan itu membuat Budiyanto mengalami bengkak-bengkak dimukanya akibat pukulan.


Sama seperti anak lainnya yang menginjak usia remaja, dimana ada sisi perasaan yang tertuju pada seseorang perempuan. Perasaan ini pula yang mungkin saat itu hadir dalam diri Budiyanto. Hanya saja perempuan itu ternyata juga di sukai oleh laki-laki lain. Akhirnya cemburu lah yang membakar emosi sehingga berujung pada peristiwa penyerangan itu.

Kejadian ini sempat membuat sibuk keluarganya mengurusi perkara yang menimpa ini. Seiring berjalannya waktu, akhirnya ditempuh dengan jalan damai.


Kiprah Budiyanto Semasa SD-SMP
  • Pengurus Pramuka Penggalang, SDN Tunas Karya, Lemahabang, Bekasi. 1990-1991 Ketua Regu
  • Juara Umum Lomba Ketangkasan Pramuka Penggalang se-Kecamatan Lemahabang, SDN Tunas Karya. 1990 Ketua Regu 
  • Juara Umum Ke 2 Lomba Ketangkasan Pramuka Penggalang se-Kecamatan Lemahabang, SMPN 2 Lemahabang. 1993 Ketua Regu 
  • Lulusan Terbaik – 2, SDN Tunas Karya, Bekasi. 1991 
  • Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), SMPN 2 Lemahabang, Bekasi. 1992-1993,Ketua Umum 
  • Pengurus Pramuka Penggalang Putra, SMPN 2 Lemahabang, Bekasi. 1992-1993 Pradana
  •  Lulusan Terbaik Juara Kelas Rangking 1-2, SMPN 2 Lemahabang, Bekasi. 1992-1993 Juara Kelas
  • Juara Umum Semester III, Se SMPN 2 Lemahabang, Bekasi. 1993 
  • Juara Umum Juara Lomba Adzan Tingkat SMPN 2 Lemahabang, Bekasi. 1993 Juara 1

No comments:

Post a Comment