Monday, May 6, 2013

Penyerangan Fisik Dan Psikologis

Dari Kota Hujan Menuju Kota Kembang 
Suatu saat dimasa-masa kuliah. Dari Bogor, dari Kampus IPB tempatnya menimba ilmu dijurusan perikanan dan kelautan, Budiyanto menyempatkan diri mengunjugi Asrama Mahasiswa tempat saya saat itu tinggal. Ia datang membawa tas selendang dan menenteng sebuah buku tebal berwarna ping dengan tulisan"Berpikir dan Berjiwa Besar."

Ia mengajak saya untuk berkunjung ke dinas kelautan di Bandung, untuk meminta beberapa data yang diperlukan, yang saat itu dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Budiyanto pernah ke Kampus tempat saya Kuliah (IKIP Bandung), beberapa kali, namun ketemu sekitar 2 kali. Pertma kali bertemu di Masjid Alfurqon, Masjid Kampus Ikip Bandung. Sejak kami masing-masing mendapatkan no telepon, kami kemudian bisa berkomunikasi lebih mudah.

Budiyanto merupakan salah satu mahasiswa yang jarang pulang ke kampung halaman. Kebutuhan sehari-hari untuk makan dan keperluan kuliah di dapatnya dengan beberapa kegiatan, salah satunya mengajar privat alqur'an. Jangankan orang tua menyediakan buat biaya sehari-hari, bisa melunasi biaya bulanan pun sudah sangat bersyukur.

Budiyanto berusahan untuk tidak memberatkan orang tua, yang tinggal sebelah. Ia tidak mau menjadi beban ibunya menyangkut biaya kuliah. Makanya apapun yang dilakukan asalkan halal, untuk menyambung hidup di kampus biru, ia lakukan.

Tujuh Suara
Ada satu perbedaan yang sangat menonjol pada pemilu 1999 dibanding pemilu sebelumnya. Dalam beberapa kali pemilu sebelumnya diikuti hanya oleh 3 Partai.

Pemilu 1999 ini diikuti oleh banyak sekali peserta. Ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik. Menurut kpu.go.id, Peserta Pemilu saat itu adalah 48 partai. Ini sudah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai.

Saya mengenal salah satu partai baru dimana yang aktif didalamnya sebagian mahasiswa. Pada pemilu 2009 saya ditawari menjadi salah satu tim independen pemantau pemilu, saat itu, karena saya tidak tertarik, maka saya tidak ambil bagian.

Partai ini belum populer seperti 3 partai lama, bahkan namanya pun tidak semua orang mengenalnya. Partai tersebut bernama Partai Keadilan. Yang saya tahu saat itu adalah salah satu pendirinya adalah Anis Matta. Saya kenal nama Anis Matta dari sebuah buku yang saya baca di sebuah toko buku di Pesantren Daarut Tauhiid Pimpinan Aa Gym (KH. Abdullah Gymnastiar), Judul buku "Manusia Muslim Abad XXI" sebelum partai itu dideklarasikan, sekitar 1998. Ternyata pengarang buku ini merupakan salah satu tokoh deklarator partai keadailan.

Paska ujian akhir semester, di saat libur yang cukup panjang, saya pulang kampung. Suatu hari datang Budiyanto kerumah saya, sambil bercengkrama kesana-kemari sambil melepas rindu karena lama tidak bertemu, Budiyanto membawa sebuah bendera dan memberikannya kepada asya untuk di Pasang di rumah. Bendera tersebut tiada lain bendera sebuah partai baru dengan nomor partai 24, namanya Partai Keadilan. Saya pun kaget ternyata Budiyanto membawa Bendera sebuah partai dimana saya sendiri ada rasa simpati kepadanya.

Saya tidak tahu saat itu Budiyanto sebagai apa di partai itu, dan saya sendiri pun tidak pernah bertanya mengenai itu. Budiyanto mengajak saya untuk bersama-sama mebesarkan partai ini khususnya di tempat kami Kecamatan Cikarang Pusat.

Saat itu Budiyanto bertanya, kira-kira siapa lagi orang yang perlu di ajak untuk membesarkan partai ini. Maka saya menyebut satu nama teman saya, Abdul Salam.

Kami langsung menuju kerumahnya, kebetulan ia ada dirumah sedang duduk-duduk di teras rumah. Disana kami bersilaturahmi karena memang cukup lama tidak pernah bertemu. Sambil ngobrol, disana kami tak ketinggalan mengutarakan maksud kami, untuk mengajak Abdul Salam, bersama-sama membesarkan Partai Keadilan.

Abdul Salam tidak banyak tanya, dan dengan antusias ia menerima ajakan kami. Sama seperti saya , ia tidak mempertanyakan Budiyanto sebagai apa di partai ini. Kami sangat antusias. Saya mungkin agak sedikit tahu gambaran sepak terjangnya karena memang di Bandung, khususnya di UPI, banyak yang terlibat di partai itu. Tapi teman saya ini mungkin bentul-betul baru kenal partai ini sejak diobrolan itu.

Di depan rumah salam saat itu, terpasang spanduk yang didalamnya terdapat gambar salah satu partai lain. Dan ternyata sebagaimana yang dikatakan Abdul Salam, Baru saja kemarin ada orang yang datang kerumahnya mengajak salam untuk jadi pengurus partai itu.

Jelang pemilu 1999, saya ikut mensosialisaikan partai ini, khusunya mengajak kepada teman dekat dan orang tua, yang kebetulan beberapa orang ada yang dekat. Saya memberitahu mereka supaya di  pemilu nanti mencoblos gambar partai keadilan, nomor 24.

Saat itu partai baru banyak bermunculan, tak heran saat itu partai peserta pemilu sebanyak 48 partai. Salah satunya adalah Partai Keadilan(Saat ini partai keadilan sudah tidak ada, berganti nama Menjadi Partai Keadilan Sejahtera).

Pemilihan pun tiba, hari yang ditunggu-tunggu didepan mata, akhirnya datang juga. Mungkin semua partai sudah tidak sabar ingin segera melihat hasilnya. Bagaimanakah respon masyarakat kepada semua partai itu khususnya partai-partai baru. Rasa penasaran ini makin menjadi saja mengingat tak semua masyarakat mengenal partai baru.

Mungkin partai lama dalam hal ini diuntungkan, karena nama dan gambarnya sudah dikenal sebelumnya. Namun karena terlalu banyak partai dan letaknya belum tentu hafal, maka bagi para orang tua (pemilih manula) belum tentu memilih dengan tepat partai yang sebenarnya ingin mereka pilih. Saat itu sangat berpeluang terjadi salah pilih.

Hasilnya partai keadilan ditempat saya mencoblos mendapatkan 7 suara. Inilah hasil yang diraih pertama kali oleh partai keadilan di TPS tempat saya memilih.

Ibu-ibu Berkerumun, Dengan Wajah Penuh Rasa Takut
Pemilu sebelumnya, ketika peserta pemilu masih 3 partai, saya merupakan salah satu orang yang menyaksikan bahwa orang yang memilih selain partai penguasa, mereka dikucilkan. Seperti musuh bebuyutan saja. Bahkan ini dilakukan oleh aparat desa. Orang-orang yang memilih selain partai itu sepertinya tidak layak diajak bertetangga. Beberapa dari mereka benar-benar dikucilkan dan jadi bahan cibiran.

Juga, bagaimana ketika itu orang-orang yang dilarang ikut pemilu, yang disinyalir keturunan eks Gerakan 30 S/PKI di hadirkan di TPS dan dikawal beberapa hansip dan aparat desa. Mereka menjadi tontonan anak-anak dan warga yang ada di TPS.

Kita kembali ke topik semula, pemilu 1999. Setelah selesai pencoblosan, semua warga pemilih hampir pulang semua, saya pun pulang dulu kerumah, rencananya akan kembali ke TPS menyaksikan perhidunagn suara.

Setibanya dirumah saya kaget, saya dikerumuni beberapa ibu-ibu dan pemilih manula dengan wajah terlihat penuh rasa takut. "Yo, emak gak bakal di apa-apain kalau salah milih?" tanya salah seorang nenek dengan penuh kekhawatiran.  "Emangnya emak mau pilih gambar mana?"ujar saya balik nanya. "Emak mau pilih gambar beringin, namun tidak ketemu." Ugkapnya.

"Saya katakan, emak tenag saja, sekarang jaman sudah berubah, kita boleh memilih yang mana saja. Bebas, tidak akan ada yang marahin kayak dulu lagi."jawab saya. "Yang bener, emak mah sangat takut." Tanyanya kembali dengan muka masih penuh rasa ketakutan.

Hampir semua ibu yang mengerumuni saya hampir perasaannya sama, seperti ketakutan. Karena mereka tidak menemukan partai lama tersebut.

Dua orang dari mereka, mengatakan pula kepada saya bahwa mereka sangat sulit menemukan gambar partai yang sudah saya tunjukan untuk dipilih. Hanya saja yang satu menemukannya dan yang satu lagi memilih asal-asalan.

Inilah seculi fenomena yang terjadi di sudut periode pemilu 1999.

Dari Kampus Biru Ke Kampung Halaman
Setelah lulus Budiyanto kembali kekampung halaman, menjumpai rekan-rekannya dikampung halaman, khususnya teman-teman saat ia sekolah SMP.

Diakhir-akhir menjelang kelulusan, memang Budiyanto pernah mengungkapkan rencananya untuk berkarya di Kampung Halaman. Ia ingin punya karya untuk kampung halamannya sekaligus menyalurkan kebiasaanya di kampus, yang doyan berogranisasi. Saya menyambut baik dan mendukung apa yang saat itu dicetuskan Budiyanto.

Menjelang kelulusan, Budiyanto sempat menimba pengalaman bekerja dibeberapa instansi dan perusahaan, diantaranya meliputi :
  • Tim Ahli Menteri Tenaga Penyuluh Perikanan Pengembangan Lahan Basah Terpadu Sekretariat Tim Ahli Menteri Pertanian, Departemen Pertanian 1999-2000 Penyuluh/ Asisten Ketua Tim Ahli Menteri 
  • Redaktur Majalah Cerita Bergambar Anak-anak Bidang Perikanan dan Kelautan “MAJALAH MINA” 1999-2002 Ass. Penanggung Jawab. 
  • Konsorsium PT. Media Lingkar Komunikasi, PT. Cyber Global Centre Asia dan PT. Tri Perigi Utama, Jakarta. 2001-2002 Coorp. Secretary/ Asst. Director for Operational 
  • Hotel & Convention Centre, NAM CENTRE, PT. Tri Perigi Utama, Jakarta. 2002 Divisi Bussines Development 
  • Tim Ahli Menteri Pertanian RI, Prof. DR. Ir. Gunawan Satari, MSc, Sekretariat Jenderal Menteri Pertanian RI. 2002 Asisten Ketua Tim Ahli Menteri 
  • Gabungan Koperasi Bina Agrobisnis Indonesia “BINAGRO” 2002 Marketing Manager International Education Campaign, Proyek Pemberdayaan Masyarakat Pantai, Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002 Operasional Leader 
  • Pembuatan dan Penayangan Public Service Awareness (Iklan Layanan Masyarakat) Proyek Pemberdayaan Masyarakat Pantai, Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002 Operasional Leader 
  • Exhibition dan Pengadaaan Barang dan Jasa Hari Pangan Sedunia, Proyek Pemberdayaan Masyarakat Pantai, Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002 Operasional Leader 
  • Exhibition dan Pengadaaan Barang dan Jasa Hari Nusantara, Proyek Pemberdayaan Masyarakat Pantai, Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002 Operasional Leader
  • dst.

Forum Remaja Muslim Mandiri
Sekitar tahun 2004, saat itu bertepatan dengan menjelang pemilu, saya masih tinggal di Bandung. Meski demikian saya mulai rutin ke Bekasi sekitar Seminggu sekali, setidaknya dua minggu sekali. Suatu saat saya memprakarsai kegiatan pelatihan Motivasi. Saat itu yang mengikuti cukup banyak dan antusias, jumlahnya sekitar 40 orang,...........

Orang-orang Tak Punya Kerjaan 
Toga Ciputra Merupakan Sebuah Organisasi yang dibentuk untuk mewadahi alumni SMPN 2 Lemah Abang yang kini menjadi SMPN 1 Cikarang Timur. Pendirian Organisasi ini domotori oleh Budiyanto dan didukung oleh rekan-rekan lainnya sesama alumnni SMPN 2 Lemah Abang.

Namun seiring perjalanannya, TOGA CIPUTRA menjadi organisasi tebuka, Organisasi yang menjadi Perhimpunan Intelektual Muda Cikarang Pusat Kota Raya.

Perhimpunan Intelektual dimaksudkan adalah para pemuda yang memilki idealisme dan pemiiran yang sepemahanab untuk kemajuan Cikarang Pusat. Beberapa yang aktif mulai menghilang oleh kesibukan masing-masing, hingga menyisakan beberapa pengurus yang terus aktif.

Pda saat wala lahirnya dana BOS oleh pemerintah yang menghapuskan kewajiban iuran bulanan dari siswa yang digantikan oleh dana bOS. Disitu kami mengambil posisi untuk mengawasi program itu karena disinyalir karena ketidak tahuan orang tua menjadika program itu disinyalir didalah gunakan.

Pungutan iuran wajib memang tidak ada namun uran lain dengan merekayasa mekanisme iuran yang sekana=akan diprakarsai oleh komite seokolah pun merrebak Ini terjadi di salah satu sekolah SMP.

Saat mengadboaksi kepada salah satu sekolah, kami mengumpulkan para orang tua untuk menjelaskan sekelumit mengnai dana bos disalah satu masjid. Ternyata kebanyakn dari orang tua tidak mengetahui adanya dana bos tersbut. Yang lain pernah dengar tapi tidak terlalu paham mengenai dana bos tersbut.

Beberapa hari terdengar perkataan-erkataan bernada miring dan terkesan merasa terganggu oleh kegiatan kami itu. "Dasar orang-orang yang gak punya kerjaan, pnganguran yang ga punya kerjaan." "Dasar orang-orang rese." dan kata-kata sejenis lainnya. Mampir ketelinga kami. Beberapa guru saat ketemu kelihatan begitu kesal, sini. Beberapa sepertinya benci dan memusuhi. 



Pertemuan Satu Minggu Sekali
DI suatu tempat, di hari minggu, biasanya seluruh prngurus TOGA CIPUTRA berkumpul. Kegiatan ini menjadi agenda rutin minggun. Pertemuan tersebut membahas program-program Toga yang akan dilakukan dan evaluasi yang sudah likaukan. Muatan lainnya adalah bergiliran untuk saling memberikan materi pencerahan secara bergiliran. Kegiatan ini hampir rutin dilakukan sejak pendiriannya.

Yang menjadi mentor utama saat itu adalah Budiyanto, karena emang saat itu menjadbat sebagai ektua UMUM.

Kegatan Toga Ciputra Lebih didominasi kegiatan-kegiatan sosial. Kegiatan-kegiatan tersbeut, seperti : Beasiswa Kepada SIWA SD yang tiadk mampu; Baksos ditengah-tengah masyarakat yang tiak mampu, Pembagiah daging kurban, bantuan bencana alam, dll.

Didbidang informasi, lahirlah buletin TOGA KOMUNIKA dimana penagung jawab Budiyanto dan Peuis sebagai dewan redaksi. Teman-teman menjadi distributor sekaligus penjemput dana dari beberapa donatur. Kegiatan sukarela ini sangat berkesan karena mampu berjalan bertahun-tahun. Ditengah-tengah ekonomi yang pas-pasan pada pengurus TOGA CPUTRA namun tidak meurani semangat untuk terus bergerak menghasilkan karya.

Karena Budiyanto aktif di partai kadilan sejahtera dan juga beberapa pengurus TOga Lainnya, maka TOGA CIPUTRA tak jarang dianggap oleh publik merupakan organisasi kepanjangan tanag dari PKS. Ini pula yang mungkin menyebabkan bebrapa engurus TOGA yang beda pandangan mulai munfdur teratur.

Ketika ada kegiatan Bakss atau badnuatn yang disalurkan oleh TGA CIPUTRA mereka melihatnya ini adalah Banuan dari PKS. Kami tidak menghirdakan tanggapan tersbut kami sepakat untk tdak emikrikan orang-orang yang tidak satu pemandangan atau roang yang sinis terhadap kegiatan yag kami akukan,. Kami menikapi itu  seerti angin lalu, tiak ada manfaatnya. Kami terus lemalngkah melakukan kegiatan-kegitan sosial seperti biasanya.

 Advokasi Tanah Warga
Kawasan Deltaman meninggalkan sedikit kisah menyangkut tanah warga. Beberapa bangunan sudah berdiri di kwasan ini. Sebagian lahan sudah rata di buldoser, sebagian lainnya sudah menjadi kawasan pergudangan. Dan zona industri.

Namun ditengah gelian pembanguan kawasan ini adan satu sisi yang hampir saja terkubur. Beberapa warga ternyata mengeluhkan tanahnya yang sekarang sudah termasuk kawasan deltamas sebagian luas belum dibayar. Penyebabnya bisa jadi kenakanlan para calo tanah, bisa jadi sang pengembang yang kurang teliti dalam melakukan pembelian.

Beberapa kasus tersebut, dapat diselesaikan setelah ada mediasi yang diprakassai oleh Budinyanto. Mereka merasa sangat gembira karena gejolak emosi yang selama ini tidak tahu harus disampaikan ke siapa akhirnya dapat solusi. Pihak pengembang secara familier siap membayar kekurangan pembayaran tanah mereka.

Advokasi lainnya pun pernah dilakukan yang terkadang resikonya sangat berat. Beberapa kasus terkait ulah pejabat di Kantor Pemda juga pernah ditangani. Bebrapa kasus diantaranya menyangkut penyalah gunaan dana oleh beberapa pejabat. Bila ada gelagat bahwa pejabat itu melakukan perlawana justru situasi ini menjadikan Budiayanto semakin menujukkan keberaniannya.

Karena kasus-kasus tersebut sulit diangkat secara hukum, langkah yang diambil adalah mengembalikan dana yang sudah pungut, dan membuat sebuah surat pernyataan, tidak akan melakukannya kembali, dan bila mengulangi maka sanggup hidup tidak berkah tujuh turunan. Cara ini ternyata saat itu sangat ampuh.

Suatu saat, pada pertemuan keskian kalinya, dalam Ruangan Kapolreta Kab Bekasi, disitu terdiri dari penlis, Budiynato dan Kapolres. Disana membahas salah kasus yang yang tengah diangkat oleh Budiyantoter terkait kausu hubukum salah satu penabat penting di Kab Bekasi. Saat itu Kaplres yang saat itu Kapolres Bekasi, AKBP Yan Fitri Halimansyah, mengatakan "Mmangnya lho Gak Takut Bud." Kata pak Kapolres. "Selama dia bukan malaikat, selama dia manusia, saya ga akan takut komandan."Ujar Budiyanto dengan tegas. Kata-kata ini masih terngiang ditelinga saya hingga saat ini.

Penyerangan Fisik Dan Psikologis
Penyerangan ini memang tidak pernah disangka-sangka. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2007. Suatu hari rumah mertuanya, dimana  Budiyanto tinggal disana, diserang oleh sekolompok orang. Beberapa orang dari kelompok penyerang itu berteriak-teriak melontarkan sumpah serapah. Sebagian lainnya ada yang membawa potongan kayu , yang lainnya mencoba melemparkan batu-batuan ke arah rumah.

Pada saat kejadian Budiyanto memang sedang ada di rumah. Ditengah-tengah penyerangan itu, ia mencoba bersikap tenang menghadapi semua itu sambil melapor melalui handphone kepada pihak kepolisian.

Penyerangan ini disinyalir dampak dari kasus yang pernah dilaporkan olehnya, berupa kasus yang mendera salah satu kepala desa atas penyelewengan bantuan dana untuk masyarakat. Kasus ini berbuntut penyerangan. Bahkan saat itu gencar terendus bahwa forum kepala desa akan melakukan perlawanan sebagai rasa bela sungkawa atas rekan seprofesinya, sang kepala desa.

Kasus tersebut diantaranya ada pemalsuan tanda tangan warga yang mendapat bantuan dana. Banyak ari mereka tidak pernah merasa tanda tangan apalagi menerima kucuran dana dari kepala desa tersebut. Mengetahui hal ini beberapa masyarakat yang anti pati akhirnya merespon positif atas langkah yang dilakukan oleh Budiyanto.

Siring berjalannya waktu, terjadilah proses islah dengan syarat kepala desa bersangkutan tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut dan penyelewang lainnya. Dan, Budiyanto sebagai pihak pelapor, menyatakan siap untuk mencabut laporan.

Proses pencabutan laporan pun berjalan. Dalam satu waktu pembicaraan ini dilakukan kantor sekolah rakyat di perumahan Cikarng Baru. Dihadiri oleh Budiyanto, Camat, Kepala Desa terlapor, dan saat itu saya juga ada bersama-sama disana.


Lain waktu, Budiyanto juga pernah di teror melalui sms yang disinyalir dampak dari kasus proyek pengecoran jalan yang nilainya cukup besar. Ancamannya ini lebih mengerikan, yaitu ancaman untuk menghilangkan nyawa.

Kisah ini mudah-mudahan tidak terlalu jauh melenceng dari ingatan saya. Tetapi gambaranya tidak lebih seperti tadi.

Hinaan Di Hari Jumat
Matahari saat itu bersinas cukup terik, rasanya menyengat kulit. Aktifitas pagi dalam mengisi waktu-waktu kerja terus berlalu. Hari itu hari jum’at, hari besarnya umat islam dalam tiap seminggu sekali.

 Seluruh umat islam didunia menanti detik-detik panggilan dari masjid untuk melaksanakan sholat jum’at. Dari kejauhan tempat dimana saya bekerja, terdenar suara adzan dari corong pengeras suara sebuah masjid. Saya pun bergegas persiapan untuk datang ke masjid.

Masjid itu terletak dipinggir jalan besar yang menghubungkan terminal cikarang dengan kantor pemerintah daerah kabupaten Bekasi. Letaknya disebrang pasar tegal danas, melintasi kalimalang dan jalah KH. Hoer Alie.

Orang mulai ramai berdatangan dari berbagai arah, sebagian mukanya dikenal sebagian lagi tidak. Setelah mereka berwudhu lantas masuk ruang utama masjid.

Pelaksanaan ibadah berjalan dengan khusu. Khotib mulai naik mimbar dan membacakan khotbah. Setelah selesai melakukan semua rangkaia sholat jum’at semua membubarkan diri. Kembali kepada aktivitasnya masing-masing.

Saat itu, selepas bubaran sholat jum’at, saya tidak langsung meninggalkan masjid. Saya ngobrol bercengkrama dulu dan beradu sapa dengan beberapa orang yag kenal. Saat itu, sambil berdiri, beranjak dari teras masjid, Saya ngobrol dengan seorang pedagang pasar tegal danas, yang saat itu mau beranjak. Tiba-tiba seseorang yang mukanya cukup serem, mendekati seperti ada yang hendak diungkapkan, karena sorot mata mengarah ke saya. Saya tidak kenal namanya namun sepertinya saya tidak asing dengan mukanya.

Benar saja, tidak ada hujan tidak ada angin, pernah ngobrol pun tidak, bahkan dia kenal pun ke sata tidak, tiba-tiba mengatakan dengan nada seperti penuh sinis,”Si budi mana, bilangin ga usah nerusin tuh nyaleg, buang-buang uang, gak bakan dapet ini, gak punya uang gak usah nyaleg.” Ucapnya.

Mendengar itu, spontan emosi saya bangkit, dan tersulut, lalu spontan menimpali,”Hai, emang apa urusan lho, ngurusin orang lain ga ada kerjaan, kalau beda dukungan gak usah emosi gitu bung, lagian siapa lho gua ga kenal.” Balas saya dengan nada keras.

Pada saat masa-masa kampanye caleg memang tak jarang lontaran sinis, ejekan dan sejenisnya, keluar dari mulut beberapa orang, tidak tahu kenapa. Padahal Budiyanto dan tim tidak pernah menyinggung apalagi mengganggu mereka. Beberapa tim yang sempat juga mendengar langusng lontaran-lontara sepert tadi dihimbau Budiyanto untuk tidak ditanggapi."Biarkan saja angin menggongong kafilah berlalu."Ungkapnya.

 Menggerakkan Masa
 Pada saat kampanye terbuka pada pilkada 2013, terjadi konvoi sekitar 10.000 ribu orang mengenakan kaos seragam mendukung salah satu Kandidat Bupati yang diusung untuk bersaing di Pilkada 2012, yakni Ust. Sa'duddin. Di bagian depan kaos terlihat ada tulisan Barisan Taruna Cikarang (Batara Karang), Sebuah organisasi masa yang dibidani oleh Budiyanto.

Hal ini diakui oleh ust Nuh yang dikatakannya pada pks-jatinegara.org . “Untuk Dapil Satu, karena diprediksi lokasi kampanye tidak akan mampu menampung massa pendukung SAJA. Sekitar 10 Ribu massa dari Tim Batara Karang memilih berkonvoi untuk sosialisasi di wilayahnya,” ujar pria yang akrab di sapa Ust Nuh ini. (Sumber : http://pks-jatinegara.org/?p=509)


Biasanya seorang caleg, sebagaimana keluhan beberapa rekan yang pernah mendukung salah satu caleg, dikatakan 'kacang lupa kulitnya'. Ketika kampanye seakan akan menghiba ingin didukung, namun setelah jadi, ternyata tidak ingat sama sekali.

Hingga saat ini (tahun 2013) tim-tim pendukung Budiyanto masih tetap solid. Kepeduliannya terhadap tim memang diakui oleh mereka, sehingga kebersamaan dan koordinasi masih terjaga. Beberapa yang memiliki potensi dan kemampuan dilibatkan untuk mengurus perusahaan-perusahaan yang terus ia bangun. Ia tempatkan tim-timnya di tinggkat manajemen.

Untuk mengindari dari terjeratnya kepada kasus-kasus hukum, Budiyanto, tidak serta merta memanfaatkan perusahaannya untuk menggarap proyek APBD. Proyek-proyek tersebut justru betul-betul dihindari. Beliau lebih memilih membangun kemitraan dan menggarap proyek-proyek dan pekerjaan dengan perusahaan-perusahaan swasta. Baik perusahaan lokal maupun asing.

No comments:

Post a Comment