Aku sama seperti kalian,
setiap pagi, setiap hari, masih mengenakan pakaian putih abu-abu.
Setiap hari setiap pagi, dipanggil bel, masuk ruangan, lalu duduk dan jadi pendengar
Hal yang membosankan ini terus terjadi, kecuali mungkin hari libur.
Aku kemudian bertanya kembali,
apakah kamu merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan?.
Sekarang ini Aku masih tidak tahu siapa diriku.
Aku tak tahu harus bagaimana aku harus bersikap.
Terlalu jauh aku harus memikirkan ini.
Aku tak mengerti.
Namun yang aku tahu, aku sedang mencari jati diriku.
Kucari apapun yang sekiranya menarik bagiku.
Ku coba semua yang membuatku penasaran.
Ku lakukan semua yang menurut orang lain tabu.
Untuk menunjukkan bahwa aku adalah pemberani.
Kulakukan suatu yang tak terpuji.
Untuk menunjukkan bahwa aku jantan.
Maka jangan heran bila engkau melihat aku, berpacu kecepatan dengan motor baru kreditan ortuku, tanpa rem, padahal aku belum lama baru sembuh dari kecelakaan menabrak trotoar.
Maka engkau jangan heran melihat mataku sayu, nafasku bau tembakau dan ngomongku seperti berat. karena aku sehabis mencoba salah satu jenis narkoba.
Jangan heran bila ketika kau menemukanku, mulutku bau alkohol, bicaraku ngelantur, karena ak barusaja menenggak minuman keras.
Jangan heran bila aku pulang malam, bersuka ria kumpul bersama-sama teman-temanku diluar sana.
Jangan heran bila aku sering berselirih dengan ayah atau ibuku, karena selalu berbeda paham.
engkau juga jangan heran ketika mendengar teman-teman perempuan disekolahku hamil sebelum menikah. Bahkan yang lainnya mengugurkan kandungan.
Jangan heran bila engaku mendengar teman perempuan satu sekolah ku justru dia yang memaksa pacarnya untuk melakukan hubungan badan setelah melihat adegan film biru di internet.
Jangan heran bila engkau menyaksikan tenam perempuan di sekolahku berganti-ganti pacar dengan bangganya, dengan hubungan kemesraan dewasa tinggkat tinggi. Karena menganggapnya ini modern.
Jangan heran bila terjadi disebagian teman-teman sekolah ku yang pesta seks bebas dan pesta narkoba di suatu malam dengan hanya berbusana pakaian dalam.
Mungkin mereka sama seperti yang aku rasakan.....aku galau.
Lihatlah diriku. Tak satupun ada yang menasehatiku. Tak satupun yang mempedulikanku. Tak satupun yang bermepati kepadaku. Aku merasa terbuang. Inilah yang membuat galau ku semakin menjadi-jadi.
Banyak orang yang bisa-nya hanya mencaci atas kelakuan ku
Semua orang sepertinya risih dengan tingkah ku
Semua orang sepertinya mencibir penampilanku
Semua orang sepertinya ingin mengusir aku ketika aku mendekat
Aku bagai bau menyengat dan sampah busuk yang perlu disingkirkan
Makanya aku tak pedulikan sekolahku
Makanya aku tak pedulikan sikapku
Makanya aku tak hiaraukan penampilanku
Lihatlah absensi ku, tak sanggup engau akan menghitung alfanya
Lihatlah warna nilai raport ku, semua pensil tidak meneteskan warna kecuali warna merah buatku
Semua orang disekolah mencapku........orang brengsek
Tapi............Masa bodoh dengan semua
Namun tahukah kamu apa yang terjadi di dalam haritu? Dengarkanlah jeritan-jeritan itu. Aku begitu tertekan dengan hidupku. Tertekan dengan pencarian jati diriku. Tertekan dengan sikap dan pandangan orang saat melihatku. Namun yang aku tahu, meskipun berat ini harus tetap ku lalui. Hidup segan, mati pun aku tak mau.
Aku manusia biasa. Bukan malaikan.
Bukan juga aku seorang iblis yang menjijikan.
Pandanglah aku sebagai manusia yang utuh.
Tahukah engkau?
Atas semua yang ku lakukan
Aku sedang cari perhatian
Karena aku butuh sentuhan.
Aku butuh empati?
aku butuh perhatian?
Aku butuh pencerahan?
Meskipun aku kadang menolak,
bukan berarti seungguhnya aku menolak.
Itu karena aku jijik dengan caranya engkau menyampaikan.
Aku butuh sentuhan yang berbeda
yang menurutku mampu mengalir bersama denyut nadi masa pubertasku.
Aku butuh seuatu. Seorang manusia.
Malaikat berwujud manusia.
Yang mengerti aku.
Yang memahami aku.
Yang menjaga ku,
yang membimbingku.
Yang mengarahkan ku.
yang memahamkan ku.
Tentang kehidupan.
Tentang bagaimana aku harus jalani hidup.
Hidup penuh harapan.
Hidup penuh cahaya.
Tahukah kamu.
Aku manusia seperti halnya kalian.
Aku punya sebutir keinginan yang bercampur dengan butiran pasir digurun sahara.
Tak terlihat menang,
Namun aku menginginkannya.
Aku menginginkan hidupku menjadi lebih baik.
Bagi yang menemukan surat ini
Bantu aku untuk menyampaikan
Aku butuh pertolongan
Wasalam
Si Galau
Tulisan ini hanya fiktif belaka. Hanya saja yang melatar belakanginya adalah sebagian besar hasil pengamatan realita saat ini yang mendera para remaja kita.
Apakah ini benar-benar terjadi? Lihatlah fakta berikut.
Data aborsi
geng motor
Narkoba
Pesta Seks
dll.
No comments:
Post a Comment